"Keriangan Hati merupakan Kehidupan Bagi Manusia dan umur hidupnya diperpanjang oleh SukaCitanya"
Pada umumnya orang
berpandangan bahwa pengalaman sakit merupakan penderitaan terbesar dalam
hidupnya. Mereka tidak lagi bebas menjalankan rutinitasnya. Mereka harus
berobat dan beristirahat guna memulihkan kesehatannya. “makan tak enak,
tidurpun tak nyenyak…serba salah deh pokoknya…” lalu menciptakan litani
keluhan.
Meski demikian masih
ada sebagian orang yang menerima pengalaman sakit dengan rela hati, tabah dan
pasrah. “ada saatnya melayani dan dilayani…”
Dalam wasiat Mdr. M.
Anselma Bopp, dikatakan bahwa:”dalam
penderita sakit hendaklah kita melihat Kristus sendiri, para suster yang
menderita sakit merupakan berkat bagi komunitas”. Bagi orang-orang tertentu
mungkin perkataan ini sangat sulit dipahami. Tetapi bagi orang yang beriman sangatlah
mudah. Yesus yang sungguh Allah, sungguh manusia mengalami penderitaan yang
begitu sadis, kejam, dan mengerikan hingga wafat di kayu salib, guna menebus
dosa manusia. Orang yang memahami penderitaan Yesus akan senantiasa menimba kekuatan
dari-Nya dan memaknai sakit sebagai berkat bukan kutuk, yakni seberat apapun
penyakit kita tidak sebanding dengan penderitaan yang dialami oleh Yesus. Dan Allah
menghendakinya.
Orang dapat memaknai
sakit sebagai berkat, jikalau ada keterbukaan hati dari keduabelah pihak (pihak
yang sakit dan yang tidak sakit). Pihak yang sakit menerima keadaan yang
menimpa dirinya, dan berusaha ikhlas apabila segala kebutuhannya harus dibantu
oleh orang lain. Sedangkan yang sehat belajar menerima dan mau melayani dengan
tulus hati.
Terkadang melayani
dengan tulus hati disalah artikan. Misalnya saja orang yang sakit belum dapat menerima, cenderung sensitiv dan
membutuhkan perhatian khusus. Jikalau kita sudah berjuang, berusaha untuk sabar
dalam melayani tetapi usaha kita kurang diterima. Bagaimana perasaan kita?
Tentu kecewa, jengkel, ngomel-ngomel dan sebagainya. Nah kalau demikian, orang
tersebut belum memiliki hati untuk melayani. Jikalau memang mempunyai niat
melayani dengan tulus hati, apapun situasinya, keadaannya… tetap melayani
secara total dan tanpa pamrih.
Dalam konstitusi
pasal III No. 306, “kita mau
memperhatikan dan mencintai para suster yang lanjut usia dan menderita sakit
secara khusus. Dalam hal ini kita mengikuti teladan St. Fransiskus dan St.
Clara yang dalam mengasihi orang sakit melihat suatu tanda cinta kasih sesama
yang tanpa pamrih”
Semoga kita sebagai
pengikut St. fransiskus dan Mdr. M. Anselma, semakin mengasihi sesama yang
menderita dengan tulus hati terutama mereka yang lanjut usia dan yang sakit,
sehingga melalui doa-doa, serta kehadiran kita membawa berkat dan penghiburan
bahkan bisa jadi obat yang manjur. Ups!!! jangan sampai kehadiran kita malah
membawa kutuk, dan penyakitnya tidak sembuh malah bertambah parah.
Katarine,
FSGM
Tidak ada komentar:
Posting Komentar