"Keriangan Hati merupakan Kehidupan Bagi Manusia dan umur hidupnya diperpanjang oleh SukaCitanya"
Rabu, 12 Februari 2014
sekilas senyum
Sepulang dari Safari, para suster tengah asyik menceritakan pengalamannya saat bermain di rumah hantu. “rumah hantu yang menyeramkan dan menakutkan…tapi asyik lhoh!’ kata Sr. Vee. Tapi berbeda dengan pengalaman Sr. Naet, ia berteriak-teriak ketakutan hingga keringat dingin. “alah gitu aja takut!! Kan cuman permaian, hantunya juga bo’ongan, aku ndak takut tuh”, timpal ku menanggapi.
Sr. Funny (tidak ikut ke Safari) menjadi penasaran. Banyak yang mengejeknya “kasihan deh Sr. Funny, makanya ikutan” hahahahaha Sr. Funny menjadi sedih + menyesal.
Lalu seorang suster menghiburnya, “ Suster, kalau ingin bermain di rumah hantu tidak harus ke Safari kok, di pasar malam juga ada. Dulu saya sering nonton di Pringsewu”. Dengan semangat 45, Sr. Funny berkata, “ iya suster, aku mau, ayoo Sr kapan kita kesana. Sr ngomong-ngomong di Jakarta ada, emmmmm pasar malam, mananya pasar minggu?” serentak para suster tertawa terbahak-bahak wkwkwkwkwkwkwkwkwkwkwkw. Ternyata Sr. funny belum tahu tentang pasar malam. Ia mengira pasar malam berdekatan dengan pasar minggu. Padahal setiap kamis di depan komunitas kami ada pasar malam meski tidak ada permainan rumah hantunya.
Rumus?
Resep kali !!!!!!!!!
Sejak
saya belajar dan tinggal di Komunitas St. Clara Padangbulan lalu pindah ke
Komunitas St. Fransiskus Kampung Ambon Jakarta, saya memiliki banyak resep
masakan dan kue. Suatu hari saya ingin membuat kue. Lalu saya mengambil lembaran
resep Roti Boy. “aku mau coba ah.....”, tapi setibanya di dapur ternyata
bahan-bahan kurang lengkap. Akhirnya saya membuat roti tawar saja.
Setelah itu
ada informasi bahwa besok akan ada ujian penilaian pembelajaran yang di dalam
mata kuliah tersebut mengandung unsur statistik, matematika, penilaian rapor,
evaluasi, pengukuran, uji mutu test buatan guru dan lain sebagainya. Mulailah
saya belajar dan belajar...............................
Beberapa
hari kemudian saya ingat resep kue saya yang ketinggalan di dapur. Spontan saya
lari ke refter dan berteriak: “ suster rumus roti boy saya dimana? Suster itu
dengan heran menjawab:” rumus? Resep kali!!! Hahahahah....”.
“iya suster maksud saya itu...o
suster! ini gara-gara kemarin saya ngapalin rumus statistik”.
Sapunya : Saya Punya Sandal
Sr. Nana bertugas di Asrama Jiwika, Papua. Adapun
Sr. Nana orang Jawa, ia harus beradabtasi dengan bahasa dan keadaan setempat
yang tidak mudah. Sudah hal biasa di Papua, kalau berbicara menggunakan bahasa
singkatan. Misalnya :”saya pergi” menjadi “sapi”.
Suatu hari Sr. Nana berjalan-jalan di kebun
asrama, ia melihat ada sepasang sandal di bawah pohon. Dalam hati ia bertanya-tanya:
“sandal siapa ini, menaruh sembarangan!.” Lalu Sr. Nana mengambil sandal itu
dengan maksud mencari pemiliknya. Tiba-tiba ada anak kecil sebut saja Kobus,
berlari sambil berteriak:” Suster sapunya, itu sapunya...”. Sambil terus
berjalan menuju asrama, Sr. Nana menjawab: “Kobus, sapunya ada di belakang
pintu”. Kobus berlari semakin dekat, ia meraih tangan Sr. Nana dan
menarik-narik seraya berkata:” Suster itu sapunya, sapunya, sapunya suster...”.
Sr. Nana mulai emosi, “Kobus, sapunya ada di belakang pintu!!”.
Lalu datanglah kakak kelas Kobus, yang ternyata
dari tadi memperhatikan mereka berdua. Ia menjelaskan,”Suster maksud Kobus sandal
itu punya dia sr, miliknya...”. Sr. Nana terperanjat,”tidak bilang dari tadi,
malah teriak-teriak sapunya! sapunya! sapunya! Sapunya ya ada di balakang pintu
to...bicara yang lengkap, jangan disingkat-singkat macam saya tau saja e”.
Kobus hanya bisa menggangguk,”iya suster
maaf”. Dengan wajah tersipu malu Sr. Nana memberikan sandal itu kepada Kobus.
Entaun hau
tengki dehan wow hanesan ne!
Suatu siang ada dua frater dari Timor Leste sedang
sneack sambil bercerita pengalamannya (memakai bahasa Timor). Sayapun turut
bergabung dan mendengarkan, ceritanya sangat seru. Setelah frater selesai
cerita, tanpa pikir panjang saya berkata,”entaun hau tengki dehan wow hanesan
ne! Ke dua frater kebingungan dan bertanya:”Apa maksudnya?” Dengan bangga saya
menjelaskan maksudnya adalah “jadi aku harus bilang wow gitu hahahaaaa”.
Katarine, FSGM
Sabtu, 01 Februari 2014
Yunior Akbar
30 Suster Yunior Fransiskanes Santo Georgius Martir (FSGM) Propinsi Indonesia mengikuti pertemuan Yunior Akbar di Rumah Retret Laverna Padangbulan Lampung, Sumatera Selatan Rabu-Minggu, 22-26 Januari 2014.
Seminar Perkembangan Kepribadian
Psikogenetik : Healing Eighth Stages of Live menurut teori Erik Erikson dengan
tema “Menghadirkan yang Ilahi dalam
Kemanusiaan”.
Di fasilitatori oleh Bpk Fidelis Waruwu, M.Sc.Ed.
Di fasilitatori oleh Bpk Fidelis Waruwu, M.Sc.Ed.
Pertemuan ini
diadakan berdasarkan ajakan Paus Fransiskus untuk menemukan kembali
makna hidup dan panggilan melalui pengalaman pribadi yang akrab mesra dengan
Allah. Menyadari dan memanfaatkan potensi yang dianugerahkan Tuhan yakni
berbagi, berkorban dan membaktikan diri kita kepada sesama. “Hidup yang tidak
dihayati tidak layak di hidupi”. Dalam beberapa hari Bpk Fidelis membimbing
para suster untuk memaknai pengalaman hidup dari tahap ke tahap mulai usia 0-5
th, 6-12 th, 13-18 th untuk menemukan jadi diri, identitas jelas sehingga dapat
tumbuh dan berkembang dalam kasih menjadi pribadi yang percaya, otonom/mandiri,
kreativ dan kompeten. Sepahit apapun masalalu tidak dapat dilupakan karena
merupakan bagian dari hidup. Kita harus belajar untuk menerima, mengakui,
menyadari dan bersyukur. Sebab di setiap pengalaman/peristiwa hidup kita Tuhan pasti
punya rencana.
Semoga kita tidak
takut berhadapan dengan diri sendiri.
Katarine, FSGM
Langganan:
Postingan (Atom)