Persembahan
Diri secara Total dalam Hidup Membiara
Hidup panggilan saya mengerti sebagai persembahan
diri secara total. Artinya utuh tidak terbagi. Dalam menjalaninya saya merasa
bahagia. Kebahagiaan itu saya sadari sebagai campur tangan Allah yang memanggil
saya. Dengan membuka hati akan
Rahmat-Nya, saya mampu menanggapi panggilan Allah sampai saat ini dengan setia.
Berdasarkan pengalaman hidup harian, pernyataan
diatas terkesan aneh. Penghayatan itu kurang nampak. Kesadaran sebagai seorang
yang dipanggil hanya sekedar “mengerti,tahu”
belum menjadi milik. Meskipun kala dipanggil segera menanggapi dengan jawaban
YA, ternyata hanya di mulut saja, kurang dijiwai. Terbukti dalam persembahan
diri terutama dalam menjaga nyala api panggilan kurang serius, main-main dan
belum siap dengan konsekuensinya. Saya tahu, bahwa Allah memanggil tidak
sembarangan, maka panggilan tidak boleh dipermainkan. Kata Yesus,”jikalau Ya
katakan Ya, jikalau tidak katakan tidak,
selebihnya adalah dari setan”. Saya juga tahu! banyak diberi kemampuan untuk
membantu agar setia menjalani tugas perutusan khususnya studi.
Ketika profesi, dengan lantang mengucapkan janji.
Janji menuntut kesetiaan. Saya telah mengikat janji dengan Allah selamanya, itu
berarti kesiapan hati untuk meninggalkan yang nyaman. Pelan-pelan saya
menyadari bahwa saya dipanggil itu karena dikehendaki oleh Allah sendiri,
sehingga menuntut sikap serius dalam menanggapinya dan saya tidak akan
menyia-nyiakan panggilan ini. Meskipun sangat sulit menyelaraskan keinginan
dengan kehendak-Nya... nyatanya saya belum berjuang, cenderung semau gue,
menuntut orang lain, marah-marah dan kurang bersyukur. Hidup rohani mengambang
karena kurang menjalin relasi yang akrap dengan Allah, sehingga Allah terasa J
a u h.
Dengan berjalannya waktu, melalui doa, refleksi, retret,
saya kembali disadarkan bahwa segala yang saya miliki, Allah yang punya. Allah
mau diri saya dengan segala adanya saya karena Ia mengasihi saya. Tetapi ketika
saya di tantang untuk mengasihi dengan segenap hati, jiwa, seluruh tenaga...apa
yang saya buat? Membagi hati pada yang lain...
Semoga saya mampu mempersembahkan diri seutuhnya,
memiliki hati yang tidak terbagi-bagi, meski tawaran dunia menggiurkan, saya
hendaknya bersikap tegas, karena saya sudah memilih. Dengan bantuan Roh Kudus,
saya akan berjuang untuk bertahan setia. Apapun tawaran/ godaan mampu bersikap
arif dan bijak. Tidak mudah putus asa, senantiasa memasrahkan segala kesulitan
kepada Allah, setiap saat menyelaraskan keinginan saya dengan kehendak Allah.
Memenuhi permintaan Yesus yakni, menerima kasih Allah, memberikan diri
kepada-Nya, menghayati dalam hidup
sehari-hari.
Doa
Persembahan Diri
Ke
dalam tangan-Mu Bapa kuserahkan diriku, sekarang dan setiap saat dalam kasih
dan kerahiman-Mu yang tiada berkesudahan. Bapa Yang Maha Baik jadikanlah hatiku
seperti hati putra-Mu yang utuh dan tak terbagi. Semoga Roh Kudus membimbingku
dalam perjuangan untuk bertahan setia, senantiasa menyelaraskan keinginanku
dengan kehendak Bapa, sebab hanya Engkaulah dasar dan tumpuan hidupku kini dan
sepanjang masa. Amin
RR Laverna, 13 April 2014
Katarine, FSGM
Tidak ada komentar:
Posting Komentar