Minggu, 20 April 2014

Persembahan Diri



Persembahan Diri secara Total dalam Hidup Membiara

Hidup panggilan saya mengerti sebagai persembahan diri secara total. Artinya utuh tidak terbagi. Dalam menjalaninya saya merasa bahagia. Kebahagiaan itu saya sadari sebagai campur tangan Allah yang memanggil saya. Dengan membuka  hati akan Rahmat-Nya, saya mampu menanggapi panggilan Allah sampai saat ini dengan setia.
Berdasarkan pengalaman hidup harian, pernyataan diatas terkesan aneh. Penghayatan itu kurang nampak. Kesadaran sebagai seorang yang dipanggil hanya sekedar “mengerti,tahu” belum menjadi milik. Meskipun kala dipanggil segera menanggapi dengan jawaban YA, ternyata hanya di mulut saja, kurang dijiwai. Terbukti dalam persembahan diri terutama dalam menjaga nyala api panggilan kurang serius, main-main dan belum siap dengan konsekuensinya. Saya tahu, bahwa Allah memanggil tidak sembarangan, maka panggilan tidak boleh dipermainkan. Kata Yesus,”jikalau Ya katakan Ya,  jikalau tidak katakan tidak, selebihnya adalah dari setan”. Saya juga tahu! banyak diberi kemampuan untuk membantu agar setia menjalani tugas perutusan khususnya studi.
Ketika profesi, dengan lantang mengucapkan janji. Janji menuntut kesetiaan. Saya telah mengikat janji dengan Allah selamanya, itu berarti kesiapan hati untuk meninggalkan yang nyaman. Pelan-pelan saya menyadari bahwa saya dipanggil itu karena dikehendaki oleh Allah sendiri, sehingga menuntut sikap serius dalam menanggapinya dan saya tidak akan menyia-nyiakan panggilan ini. Meskipun sangat sulit menyelaraskan keinginan dengan kehendak-Nya... nyatanya saya belum berjuang, cenderung semau gue, menuntut orang lain, marah-marah dan kurang bersyukur. Hidup rohani mengambang karena kurang menjalin relasi yang akrap dengan Allah, sehingga Allah terasa J a u h.
Dengan berjalannya waktu, melalui doa, refleksi, retret, saya kembali disadarkan bahwa segala yang saya miliki, Allah yang punya. Allah mau diri saya dengan segala adanya saya karena Ia mengasihi saya. Tetapi ketika saya di tantang untuk mengasihi dengan segenap hati, jiwa, seluruh tenaga...apa yang saya buat? Membagi hati pada yang lain...
Semoga saya mampu mempersembahkan diri seutuhnya, memiliki hati yang tidak terbagi-bagi, meski tawaran dunia menggiurkan, saya hendaknya bersikap tegas, karena saya sudah memilih. Dengan bantuan Roh Kudus, saya akan berjuang untuk bertahan setia. Apapun tawaran/ godaan mampu bersikap arif dan bijak. Tidak mudah putus asa, senantiasa memasrahkan segala kesulitan kepada Allah, setiap saat menyelaraskan keinginan saya dengan kehendak Allah. Memenuhi permintaan Yesus yakni, menerima kasih Allah, memberikan diri kepada-Nya,  menghayati dalam hidup sehari-hari.

 
Doa Persembahan Diri
Ke dalam tangan-Mu Bapa kuserahkan diriku, sekarang dan setiap saat dalam kasih dan kerahiman-Mu yang tiada berkesudahan. Bapa Yang Maha Baik jadikanlah hatiku seperti hati putra-Mu yang utuh dan tak terbagi. Semoga Roh Kudus membimbingku dalam perjuangan untuk bertahan setia, senantiasa menyelaraskan keinginanku dengan kehendak Bapa, sebab hanya Engkaulah dasar dan tumpuan hidupku kini dan sepanjang masa. Amin

RR Laverna, 13 April 2014
Katarine, FSGM

Tidak ada komentar:

Posting Komentar