Kamis, 18 April 2013

“Membangun Kebersamaan”





A.      Situasi dan Status Sosial
Umat Paroki St Bonaventura merupakan paroki yang terletak di Pulo Mas Dekenat Jakarta Timur. Pulo Mas sering disebut dengan singkatan dari Pusat Orang-Orang berhati Emas dan Paroki ini dikenal sebagai paroki yang termasuk kaya. Namun  disekitar Gereja masih saja ada orang- orang miskin yang perlu di bantu dalam hal ekonomi.  “…didekat Gereja kita sini itu ada ee lingkungan namanya lingkungan Carolus Boromeus itu sangat itu satu lingkungan ya tapi lokasinya terjelek aa pasadenia residen itu kan dari itu rumah bagus-bagus itu gede-gede mahal itu suster[1].
Kemiskinan yang dialami umat di wilayah sekitar Gereja, berkaitan dengan ekonomi, mereka merasa rendah dan sungkan untuk bergabung dengan orang kaya. Perbedaan yang sangat jauh bagaikan langit dan bumi. Banyak masyarakat di sekitar lokasi itu mempunyai rumah mewah, sedangkan umat katolik yang tinggal disitu cukup untuk berteduh. Sehingga keadaan dan situasi ini mempengaruhi beberapa umat katolik dalam membangun kebersamaan sebagai satu paguyuban. Ketika mereka diajak untuk bergabung dalam kegiatan rohani di Paroki, mereka merasa diri tidak berdaya, merasa sungkan, kecil dan tidak layak untuk terlibat karena dari segi ekonomi mereka tidak mempunyai apa-apa.
Selain itu dari segi status sosial, banyak orang di paroki ini yang tergolong orang berada dan mempunyai segala-galanya, namun mereka tetap saling menjalin relasi. Misalnya mengadakan kunjungan “terus yang salah kita buat lalu salah satu ya kita sering kita berkunjung ke sana, hanya seperti orang tamu aja. Kalau untuk kita berkumpul kitab suci segala bapak itu selalu ikut tetapi lokasi tetap di pulomas terpencil atau kita pinjam ruangan disitu tapi kalau ya ya itu hanya kalau tapi kalau untuk lintas paroki masih baik”. Dengan kegiatan ini mereka tidak seperti orang yang tidak dianggap, justru diberi perhatian khusus. Tujuannya untuk membangun kebersamaan sebagai anggota tubuh Kristus yang takkan terpisah. Karena semua manusia, miskin atau kaya, lemah atau kuat, di hadapan Allah sama. Allah menaruh kasih dan cinta yang sama bagi semua ciptaan-Nya, terutama manusia.
B.      Latar Belakang Ekonomi
1.       Kaya
Arti "kaya" bagi banyak orang bisa saja berbeda-beda. Sama dengan cara orang memandang "sukses". Namun, kaya yang dimaksud dalam tulisan ini adalah berkaitan dengan harta dan tempat tinggal. Orang yang mampu dapat membuat rumah yang baik dan hidupnya terjamin. Semua orang  menginginkan hidup kaya, bahagia, dan sejahtera.  Menjadi kaya memerlukan waktu dan proses, yang dikerjakan secara penuh disiplin dan komitmen tinggi. Menjadi kaya pun bukanlah akhir dari sebuah pencapaian, melainkan sebuah titik yang akan terus bergerak.
2.       Miskin
Sebaliknya miskin merupakan situasi sosial yang dialami semua orang termasuk umat Katolik di Pasadenia tepatnya di lingkungan Carolus Boromeus. Ada lingkungan yang miskin tetapi mereka mempunyai usaha sehingga menjadi sukses. Sebagai pribadi yang sadar, betapa bangganya setiap kita bisa memberikan sesuatu bagi orang lain, meskipun hal itu sangat kecil. Betapa kita setelah memberi merasa kaya dan hebat, dan betapa orang yang kita berikan itu seperti nya sangat membutuhkan meskipun hanya untuk detik itu.
C.      Harapan umat
Dalam hiruk-pikuk kehidupan seperti sekarang ini masih ada orang yang mau membela dan mempertahankan gereja. Tidak menghiraukan situasi sosial baik miskin maupun kaya. Ini merupakan salah satu pengakuan iman akan kekudusan Gereja yang dapat mempersatukan semua umat, yaitu “Menjaga dan Merawat Gereja”. “Harapan saya itu suster kalau Ke Gereja kan ada slide ya suster slide itu yang buat saya,  ada beberapa tulisan siapa lagi sih yang akan merawat dan menjaga Gereja kita kalau bukan kita sendiri”. Pernyataan ini jelas mengandung makna siapapun dia entah kaya, miskin, berkewajiban untuk peduli dengan Gereja, yang dimulai dari keluarga memberi contoh bahwa Gereja itu rumah Tuhan, rumahku, rumahmu, namun yang harus merawat dan menjaga adalah semua umat katolik baik yang kaya maupun yang miskin. Datang ke Gereja untuk bertemu Tuhan dan dalam ekaristi membangun kebersamaan menjadi satu tubuh yang takkan terpisahkan untuk selama-lamanya, berkat santapan tubuh dan darah Kristus.


[1] Wawancara, Selasa, 28 Agustus 2012, Bp.Koko, 43 Th Sekretaris 2 Dewan Paroki Gereja St. Bonaventura     Lingkungan St. Lukas, Wilayah IV.

Selasa, 16 April 2013

Dalam Pencarian




Kucoba temukan arti cinta sejati
dalam sebungkus mutiara panggilan
antara cinta dan cita-cita
jua gelora yang menggema akan dunia
         pentingnya lagu rindu akan kedamaian
         membuyarkan tatapan hampa
        akan penemuan jati diri
        who i am?...siapa aku?
Rinai  canda tawa tukang bangunan
mengajariku melihat dunia lewat dua mata
senyum merekah mentari diujung senja
mengajariku mengenali kurnia kasih-Mu
      kucoba tepiskan rasa dan asa
      akan keinginan yang membara
     tuk songsong singgasana kudus
     dalam kedamaian taman firdaus Abadi

puisi dari seorang teman Hans (2005)



Selasa, 09 April 2013

tentang Berhala



Penyembahan Berhala
1.                  Gambaran Berhala dan Penyembahan Berhala
Berhala adalah perwujudan atau simbolisasi wujud Allah dalam bentuk-bentuk ciptaan-Nya, baik itu patung maupun bentuk manusia. Di dalam Kitab Suci ada berbagai gambaran berhala seperti patung berhala/patung tuangan (Kel. 34:17, Im. 19:4 Bil.33). allah emas ( Kel.32:31, 2 Taw 13:8), allah buatan tangan manusia (Ul.4:28, Mzm 115:4-7), baal dan asyera yang sering dikenal dengan dewa dewi keseuburan (bil 33:52, 2 raja 17:6, 2 taw 33:3), dewa-dewa asing atau allah lain (Kej 35:2, 4; Yos 24:20;Hak 2:12,17, 1Raj 14:9), pengorbanan anak-anak manusia (Yer 7:17-20, 2 Raj 3:26-17).
Di Baid Allah diukir gambar-gambar binatang melata dan binatang-binatang lain yang menjijikkan dan segala berhala-berhala kaum Israel ( Yeh 8:10). Biasanya dalam hubungan dengan penyembahan berhala, bangsa Israel mendirikan bukit pengorbanan, dimana merupakan pusat penyembahan dan di tempat itu terdapat tugu-tugu berhala(Kel 23:24), tiang berhala (Kel 34:13, Hak 2:13)  lambang asyeera dan mezbah untuk persembahan. Salah satu yang terkenal adalah betel (Kej 28 :18-19).
           
2.                  Sebab-sebab Orang Israel Menyembah Berhala
Bangsa Israel dikelilingi oleh bangsa-bangsa kafir yang percaya bahwa menyembah beberapa dewa lebih unggul daripada hanya satu allah. Bangsa Israel terpengaruh oleh pandangan ini dan akhirnya meniru bangsa kafir. Dewa bangsa lain tidak menuntut ketaatan seperti Allah Israel. Contohnya dewa lain menganggap perzinahan sebagai salah satu upacara penyembahan sedangkah Allah Israel menuntut moral dari bangsa Israel yakni sepuluh perintah Allah. Bangsa Israel percaca bahwa malaui penyembahan berhala menghasilkan hal yang nyata dan inilah yang dilihat oleh bangsa Israel. Contohnya dewa kesuburan menghasilkan anak-anak, dewa cuaca menyebabkan kondisi alam yang memungkinkan panen berlimpah dan dewa perang memberikan perlindungan dan kemenangan terhadap musuh.

3.                  Pandangan Nabi tentang Penyembahan Berhala
Menurut nabi yeremia bangsa Israel hanya mengikuti ilah-ilah bangsa lain yang tidak mereka kenal dan juga menduakan allah. Bentuknya bangsa Israel pergi ke bukit pengorbanan dan menyembah dewa-dewi kanaan (Yer 7 :9). Yang dilakukan yeremia adalah yeremia menunjukkan bahwa berhala yang disembah merupakan buatan manusia (yer 10:3-5), berhala ini tidak punya kuasa, tidak dapat berbicara bahkan berjalan karena (mereka diusung oleh pengikutnya). Yeremia menegaskan berhala ini tidak dapat dibandingkan dengan yahwe. Lain lagi menurut yesaya, ibadat kepada Allah tidak dapat dipisahkan dari kehidupan sosial. Kehidupan yang dulu setia pada allah berbalik karena mereka menyembah dewa-dewa. Kekecawaan yahwe ditunjukkan dalam nyanyian tentang kebun anggur (Yes 5:1-7).
4.                  Kesimpulan
Bangsa Israel melihat bangsa lain menyembah allah lai yang digambarkan melalui patung, ingin memiliki allah seperti itu. Mereka ingin mempunyia allah yang berwujud. Penyembahan berhala yang dimaksud disini adalah menyembah suatu ciptaan sebagai allah lain, sehingga mengeser kedudukan Allah yang seharusnya menempati tempat terutama di dalam hidup kita. Penyembahan berhala tiddak berkenan pada Allah menurut perintah Allah karena hal ini menggantikan kedudukan Allah, terutama dalam pandangan Israel.

By Katarine FSGM
10 April 2013